Jawarablog.com - Untuk mengetahui sejarah dan esensi tradisi Sekaten, mari kita telusuri bersama kapan dan di mana tradisi ini dilaksanakan. Tradisi Sekaten merupakan perayaan keagamaan yang telah mengakar dalam budaya Jawa, dan masih dilestarikan hingga saat ini. Penasaran bagaimana tradisi ini dilangsungkan? Yuk, simak artikel ini lebih lanjut!
Sejarah Tradisi Sekaten
Sekaten, sebuah tradisi bersejarah yang masih dilestarikan, merupakan warisan budaya yang mengakar dalam masyarakat Yogyakarta. Tradisi ini berawal dari masa Kesultanan Mataram Kartasura pada abad ke-17, diprakarsai oleh Sunan Paku Buwono I untuk merayakan kelahiran Nabi Muhammad SAW.
-
Makna Filosofis: Sekaten memiliki makna filosofis yang mendalam. Suara gamelan yang bergema sepanjang malam melambangkan syiar Islam yang menyebar ke seluruh penjuru negeri.
-
Prosesi Unik: Perayaan Sekaten diawali dengan Grebeg Gunungan, sebuah arak-arakan gunungan berisi hasil bumi dan barang-barang berharga. Gunungan ini kemudian direbutkan oleh warga sebagai bentuk doa dan keberkahan.
Terimakasih Sudah Berkunjung ke Jawarablog.com
Baca Juga: Asuransi Bisnis: Pentingnya Proteksi dalam Berwirausaha
Makna dan Tujuan Sekaten
Sekaten, tradisi turun temurun umat Muslim di Jawa, sarat makna dan tujuan luhur. Tradisi ini berawal dari peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, dengan mengarak gunungan hasil bumi yang dibagikan ke masyarakat. Tujuannya adalah untuk meneladani sifat dermawan Rasulullah, memperkuat ikatan sosial, dan mendoakan keselamatan serta kesejahteraan bersama.
Pertanyaan:
-
Apa makna Sekaten? Jawaban: Peringatan Maulid Nabi dan berbagi berkah.
Mungkin kamu suka: Arief Muhammad: Karir, Karya, dan Kisah Sukses di Dunia Bisnis
-
Apa tujuan Sekaten? Jawaban: Meneladani Rasulullah, mempererat persaudaraan, dan mendoakan kesejahteraan.
Waktu Pelaksanaan Sekaten
Sekaten menjadi tradisi tahunan di Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat dan Kasunanan Surakarta Hadiningrat yang berlangsung saat peringatan kelahiran Nabi Muhammad SAW. Pelaksanaan Sekaten dimulai dengan pemasangan Gunungan Lanang dan Gunungan Wadon di halaman Masjid Agung pada tanggal 5 Mulud (bulan ketiga penanggalan Jawa). Gunungan terbuat dari hasil bumi, seperti padi, jagung, dan buah-buahan, yang melambangkan kemakmuran dan kesuburan. Selama sembilan hari, dilaksanakan berbagai acara, seperti pawai Bregada Prajurit Keraton, pengajian, dan pembacaan hikayat Nabi Muhammad. Puncak perayaan Sekaten adalah pada tanggal 12 Mulud, yang ditandai dengan Grebeg Mulud. Pada hari ini, Gunungan diarak oleh prajurit keraton dan dibagikan kepada masyarakat sebagai wujud syukur dan berbagi berkah. Sekaten merupakan warisan budaya yang kaya dan masih dilestarikan hingga sekarang sebagai simbol persatuan dan keharmonisan masyarakat Jawa.
FAQ:
Kamu pasti menyukai artikel berikut ini: Bisnis Batik: Menggali Potensi dan Keindahan Budaya Indonesia
- Kapan Sekaten dilaksanakan?
- Tanggal 5-12 Mulud (penanggalan Jawa)
- Apa makna pemasangan Gunungan?
- Melambangkan kemakmuran dan kesuburan
- Acara apa saja yang dilaksanakan selama Sekaten?
- Pawai Bregada Prajurit Keraton, pengajian, pembacaan hikayat Nabi Muhammad
- Apa puncak perayaan Sekaten?
- Grebeg Mulud
Tanggal Pelaksanaan
Perayaan Sekaten, tradisi budaya yang sarat makna, akan kembali digelar pada [tanggal pelaksanaan]. Acara ini merupakan salah satu warisan budaya Indonesia yang telah diwariskan secara turun-temurun dan menjadi bagian tak terpisahkan dari masyarakat Yogyakarta.
Lama Pelaksanaan
Setiap tahun, Kota Yogyakarta menyelenggarakan tradisi Sekaten selama 39 hari untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW. Acara ini diramaikan dengan berbagai kegiatan, antara lain pembacaan "Maulid Nabi" dan pertunjukan wayang. Sekaten dimulai dengan "Grebeg Syawal" yang ditandai dengan kirab kereta kencana yang membawa gunungan hasil bumi. Tradisi ini merupakan perpaduan antara ajaran Islam dan budaya Jawa yang masih terus dilestarikan hingga kini.
Tempat Pelaksanaan Sekaten
Tradisi Sekaten merupakan perhelatan budaya tahunan yang diselenggarakan di Alun-alun Utara Keraton Yogyakarta untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW. Tradisi ini telah berlangsung selama berabad-abad dan menjadi daya tarik wisatawan domestik maupun mancanegara.
- Lokasi Pelaksanaan:
- Alun-alun Utara Keraton Yogyakarta
- Keunikan Tradisi:
- Pemasangan dua gamelan Sekati (Kyai Nagawilaga dan Kyai Gunturmadu) di serambi Masjid Agung Yogyakarta
- Pagelaran wayang kulit semalam suntuk selama 40 hari
- Grebeg Gunungan yang menjadi puncak acara, di mana masyarakat berlomba-lomba berebut isi gunungan yang melambangkan berkah dan rezeki
Alun-alun Utara Kraton Yogyakarta
Alun-alun Utara Keraton Yogyakarta memiliki makna yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat Jawa. Lapangan ini menjadi pusat perayaan Sekaten, sebuah tradisi yang dilaksanakan setiap tahun selama sebulan sebelum Maulid Nabi Muhammad SAW. Sekaten ditandai dengan digelarnya gamelan kyai naqaros_ dan _kyai
Gunturmadu yang diletakkan di tratag (bangunan beratap) yang dibangun di sisi barat dan timur alun-alun. Selain gamelan tersebut, pada sisi selatan juga ditempatkan gamelan Monggang dan Kromong. Bunyi merdu gamelan yang bergema selama Sekaten menciptakan suasana yang sakral dan penuh khidmat.
Alun-alun Selatan Kraton Yogyakarta
Penyelenggaraan tradisi Sekaten di Alun-alun Selatan Kraton Yogyakarta merupakan acara tahunan yang sarat makna budaya dan sejarah. Tradisi ini berlangsung selama 39 hari, dari Maulud hingga 12 Rabiul Awal, dan menyuguhkan berbagai atraksi menarik. Gamelan Sekati yang dikumandangkan sejak pagi hingga sore menjadi penanda dimulainya Sekaten. Selain itu, ada pula Grebeg Mulud yang menampilkan arak-arakan gunungan hasil bumi dan kirab* defile pasukan keraton. Tak ketinggalan, pasar malam yang meramaikan alun-alun dengan berbagai kuliner dan hiburan tradisional. Sekaten menjadi wadah pelestarian budaya sekaligus momentum wisata yang mempesona.
Acara Utama Sekaten
Sekaten merupakan acara utama dalam perayaan Sekaten yang digelar di Yogyakarta. Tradisi yang berasal dari abad ke-16 ini bertujuan untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW. Acara ini berlangsung selama 39 hari, dengan puncak acara Grebeg Gunungan yang menyajikan gunungan berisi hasil bumi dan makanan. Sekaten juga dimeriahkan dengan berbagai kegiatan budaya, seperti pementasan wayang kulit, kethoprak, dan karnaval. Bagi masyarakat Yogyakarta, Sekaten tidak hanya menjadi perayaan keagamaan, tetapi juga ajang untuk melestarikan tradisi dan mempererat hubungan sosial.
Kirab Gunungan
Setiap tahun, masyarakat Yogyakarta menanti tradisi unik Kirab Gunungan Sekaten. Ini adalah sebuah prosesi mengarak dua gunungan besar yang terbuat dari hasil bumi dan berbagai macam makanan. Gunungan ini melambangkan rasa syukur atas panen yang melimpah dan doa untuk kesejahteraan masyarakat. Kirab ini selalu menarik perhatian wisatawan karena keunikannya. Kamu tertarik untuk menyaksikan?
Pengajian dan Doa Bersama
Berbeda dari pengajian dan doa bersama pada umumnya, Sekaten merupakan tradisi turun-temurun yang menyatukan masyarakat Yogyakarta. Tradisi ini dihelat tiap tahun, tepatnya sepekan sebelum peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Masyarakat berkumpul di Alun-alun Utara Keraton Yogyakarta, berzikir dan berdoa bersama. Tak hanya itu, lantunan gamelan Sekati dan Pangkur juga menggema, menambah sakralnya suasana. Tujuan tradisi ini tak lain untuk memohon berkah dan keselamatan, serta meneruskan nilai-nilai luhur leluhur. Kamu ingin tahu lebih dalam mengenai Sekaten? Coba temukan jawaban atas dua pertanyaan ini: Kapan pertama kali Sekaten digelar? Dan apa makna penting Gamelan Sekati dalam tradisi ini?
Pertunjukan Seni
Tradisi Sekaten merupakan pertunjukan seni yang diadakan setiap tahun di Yogyakarta untuk merayakan kelahiran Nabi Muhammad SAW. Tradisi ini menampilkan gamelan dan alat musik tiup tradisional yang dimainkan sepanjang malam selama sebulan penuh. Pertunjukan Sekaten memiliki makna simbolis yang dalam, yaitu sebagai pengingat tentang perjalanan spiritual Nabi Muhammad dan sebagai bentuk penghormatan terhadapnya. Selain sebagai pertunjukan seni, Sekaten juga menjadi ajang berkumpul masyarakat untuk berdoa, bersilaturahmi, dan menikmati hiburan bersama.
Makna Simbolis Acara Sekaten
Sekaten merupakan tradisi tahunan yang diselenggarakan untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW. Tradisi ini diwarnai dengan beragam simbolisme yang kaya makna, seperti gamelan sekati yang melambangkan harmoni dan kebersamaan umat, gunungan yang merepresentasikan wujud syukur dan kelimpahan rezeki, serta pawai budaya yang menggambarkan keberagaman budaya Indonesia.
Gunungan
Gunungan Sekaten, tradisi khas Yogyakarta yang telah berlangsung selama berabad-abad, memiliki makna filosofis yang mendalam. Gunungan berbentuk kerucut dari hasil bumi yang disusun secara artistik ini merupakan simbol kemakmuran dan kesuburan. Tradisi yang diselenggarakan saat Sekaten ini bertujuan untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW dan menjadi salah satu daya tarik wisata budaya Yogyakarta yang wajib dikunjungi.
Penyelenggaraan Tradisi Sekaten berpusat di Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat dan Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, bertepatan dengan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Di Keraton Surakarta, Sekaten dimulai pada malam 1 Sura (kalender Jawa) dan berakhir pada 12 Sura, sedangkan di Keraton Yogyakarta dimulai pada malam 5 Mulud (kalender Islam) dan berakhir pada 12 Mulud. Selama acara, gamelan Sekati dipukul bertalu-talu mengiringi pementasan wayang kulit secara bergantian siang dan malam. Tradisi ini menjadi warisan budaya takbenda yang dilestarikan sebagai ungkapan rasa syukur dan penghormatan kepada Nabi Muhammad SAW. Sampai jumpa di artikel menarik lainnya, jangan lupa bagikan informasi ini kepada teman-teman Anda. Terima kasih.